Minggu, 27 Juli 2008

Aku #7

Aku ingin menangis ya Allah…

menangis sedu menantikan hadir_Mu. Aku ingin sekali bercerita kepada_Mu, tentang bagaimana perasaanku dan apa yang kurasa saat dia tak ada. Aku ingin bersujud dihadap_Mu, seperti ketika kubersujud mencium kaki kedua orang tuaku guna meminta restu. Aku ingin restu itu datang. Bersama dengan ridhlo_Mu wahai kekasih. Aku sudah terlampau jauh meninggalakn pusaraku, sehingga aku tak tau lagi kemana ku kan kembali.

Wahai Rabb, wahai kekasih..

Bagaimanakah ku harus menjauhi_Mu, sementara hidup dan matiku ada ditangan_Mu. Bagaimana mungkin ku kan tiada, sementara Kau selalu ada dan perkasa. Lalu bagaimana aku akan melakukan hal yang baru, sementara ditangan_Mu hanya tertera satu kata dan satu makna. Dan bagaimana aku kan melangkah, sementara jari jemari indah_Mu selalu memegangiku.

Ya Allah, ya kekasih..

Lihatlah dimataku ini yang seolah tiada lagi air mata. Lihat saja disetiap raut muka orang tuaku, yang seolah tak henti-hentinya mereka memintakan restu itu untuk aku, anak_Mu. Dunia kita berbeda, tapi cinta kita tetap satu. Cinta yang sejati milik dari sang Khaliq. Hidupku, matiku, jiwaku dan ragaku, tak lain semuanya hanya satu, Kau yang maha indah dan terpuji.

Angkatlah aku wahai kekasih..

Ajaklah aku berbicara kepada_Mu, seperti Kau mengajari kalimat pertama pada Adam.

Rengkuhlah aku wahai pesona indah..

Rengkuhlah aku peluklah aku dalam buaian cinta_Mu yang Agung. Dan jagalah aku, seperti Kau menjagakan anak burung dalam sangkarnya, ketika dia ditinggal pergi para induknya mencari makanannya, mengais rizki yang telah Kau bagikan untuk seluruh makhluk_Mu dan anak-anak_Mu.

Ya Allah..

Aku ingin sekali seperti anak_Mu yang lainnya, yang mereka bisa mengungkapkan kecintaannya pada_Mu, kepatuhannya kepada_Mu, sayangnya, kebahagiaannya yang hakiki dari_Mu, ibadahnya, amalannya, keikhlasannya, kemuliaannya serta keindahan budi perkertinya serta raut mukanya, yang kesemuanya mereka kembalikan kepada_Mu dengan kerendahan hatinya, dengan rasa takutnya hanya kepada_Mu, yang ketika mereka beranjak dari tempat sujudnya dengan mata yang berkaca-kaca dibalik semua kebahagiaannya setelah mereka tinggalkan nafsu duniawinya –walau hanya sekejap saja- demi menghadap_Mu, mempertanggungjawabkan semua yang telah Engkau titipkan pada mereka.

Aku ingin sekali juga mempunyai setitik harapan berjumpa dengan_Mu, wahai kekasih sejati, dengan wajah yang bersih sumpringah, seperti wajah sang bayi.

Aku ingin mengembalikan semua pinjamanku dengan selamat dan kontan, seperti ketika ku ucapkan kalimat syahadat " Asyhadu anlaa ilaa haillallah, wa asyhadu annaa muhammaddarrosullullah " dengan dihadapan para wali dan saksi, dengan mempelai wanita disampingku dan dengan orang tua-orang tua yang selalu ada dalam lubuk sanubari dan langkahku.

Allahu Akhbar Walillahilkhamdu….

Diajeng #

Diajeng #


Diajeng kaulah sang Pusara yang menanti pijakan kaki para Malaikat.
Kau lakasana senandung do'a dalam tangis dan tidur sang bayi,
dan kau adalah penyejuk segala rasa haus yang menutupi pijakan kaki kaki mulia para suhada.
Diajeng kaulah Malaikat fajar yang sering kali membangunkan tidur pak Tani dari pengaruh sesat iblis iblis bumi.
Kau adalah cahaya keemasan itu dan kekekalan_Nya.
Dan kaulah Dia yang maha Indah.
Diajeng, dalam diam yang kau sangka maut, aku akan singgah. Dalam penat yang kau anggap gerah aku akan menjelma. Dalam dahaga yang kau sangka murka aku akan datang menjemputmu. Dan dalam langkah galau yang kau tambahkan kegontaian, aku akan datang membawamu dan mempersuntingmu. Bersama awan dan kecerahan surga kau kan kubawa turut serta. Dan dalam keindahan masa dan sepenuhnya pengabdian bumi pada langit untuk mempertemukan keindahan_Nya, maka itulah cintaku padamu, dan cinta kita, dan cinta ini.