Kamis, 30 Oktober 2008

Surat Untuk Sang Kekasih #6




Kamu benar Diajeng, tidak perlu mengundangku, karena aku yakin,
suatu saat nanti kebenaran akan berbicara.
Namun aku sudah tidak tahu lagi apa itu cinta.
Bagaimana aku hidup didunia tanpa cinta?
Dan bagaimana bisa menikah tanpa rasa cinta?

Aku hanya tersenyum sendiri kala mengenang kebersamaan kita.
Banyak janji yang telah kita berucap.
Lalu bagaimana dengan cintaku??? Akan kubawa dia terbang,
dan akan aku adukan kepada Rabb_ku,
dan aku berharap bisa kembali dengan selamat.
Aku sungguh tidak tahu apa yang terjadi denganku
dan bahkan denganmu. Karena aku bertanggung jawab atas takdirku,
sehingga aku akan kembali dan menjemput Roh_mu,
dan akan kukabulkan 1 permintaanmu, yang tak lain adalah
aku yang akan menerimamu apa adanya,
sekembalinya engkau dari belenggu ketakutanmu.
Aku bukan takdir_mu, dan bukan pula kebahagiaan_mu,
sebab pilihanmu ada ditanganmu, bukan mereka.
Dan inilah aku, yang dihidupku telah tertulis namamu,
dengan goresan indah dari sang maha Indah.
Dan inilah takdir_ku, yang rela menunggu sampai kau kembali.
I Love you so much.


Pati, 30 Oktober 2008

Sabtu, 25 Oktober 2008

Aku #9


Aku #9

Inilah aku yang menasbihkan diriku. Inilah aku yang menjadi raja bagi rakyatku. Inilah aku yang aku menjadikan ragaku sendiri sebagai abdiku. Inilah aku yang mendambakan nadiku sebagai pelaksanaku. Inilah aku yang mengutus hembusan angin menjadi penyambung nyawaku, yang mendirikan bentuk-bentuk senyawa baru dalam penyendirianku, yang menambah bala tentara dari hembusan nafasku, yang aku menjadikan waktu sebagai penasihatku, yang aku menggunakan telapak tanganku untuk memberi senyum ramah kepada dunia, yang aku menjadikan nyawa sebagai bentuk lain dari duniaku, yang aku membujuk hatiku untuk menjadi permaisuriku, yang aku membawa detak jantungku sebagai menantuku dan sekaligus sebagi putra mahkotaku, yang aku membagikan dagingku sebagai persembahan untuk rakyatku, tulangku dari rusuk sebelah kiriku kujadikan singgasana dalam peperanganku, yang aku memanggil lidahku sebagai prajurit untuk mengawalku, yang aku membawa turut serta pula otak dan kepalaku untuk kujadikan tangan kiriku, dan kupanggil mata hatiku menjadi tangan kananku, yang aku menjadikan telingaku untuk selir-selirku yang lain.

Inilah aku yang menaruhkan raga dan singgasanaku untuk menafkahi keluargaku yang tak lain adalah istri dan anak-anakku, orang tuaku, tetanggaku dan sahabatku, dan saudara-saudaraku. Inilah aku yang menyerukan tindakan terpuji dari segala ibadahku untuk keluargaku. Kuhembuskan setiap hela nafas untuk mereka. Kulangkahkan kakiku dari kanan, sejengkal demi sejengkal untuk kukabarkan rizki yang kuterima dari tangan Agung_Nya. Kepada istri dan anak-anakku kulapangkan hatiku demi ibadahnya. Kututup mata dari gambaran iblis dan kututup telinga dari nyanyian syetan penghuni ujung neraka.

Inilah aku yang dengan senandung rindu kudendangkan keseluruh penjuru desa. Kukabarkan tentang Iman_ku, tentang Islam_ku, tentang harta_ku, tentang ilmu_ku dan tentang nafkahku. Hanya satu jalan menuju Cinta melalui nyanyian rindu.

Inilah aku yang demi pucuk-pucuk mimpi kujegal langkah-langkah saudaraku dipengasingan mencari pengungsian. Kugunjingkan pula tentang kabar Iman yang selama ini telah tertata rapi didalam sanubari tetapi tertutup oleh kepekaan zaman. Kuselami pula laju mimpinya yang semakin kelam menuju tempat ke_Abadian. Kuikuti pula petunjuk yang muncul dikegelapan yang semakin redup oleh terangnya kemaksiatan. Kutinggalkan pesan yang tertulis indah dalam kitab-kitab yang telah terwariskan sebagi juru selamat untuk seluruh umat manusia.

Demi Waktu, untuk semua saudara-saudaraku sekandung, saudara-saudaraku yang lahir dari keturunan Adam yang ingin kembali selamat sampai ketempat persinggahan terakhir, dan bukanlah ditempat pengungsian yang seperti yang selama ini mereka gambarkan dalam senyum-senyum kemunafikan iblis. Aku kabarkan pula tempat terakhir yang akan kita tempati nanti untuk selamanya, dan bukanlah tempat-tempat pengungsian yang hanya sebagai tempat berlabuh sementara untuk mencari bekal yang mungkin pula adalah sesuap nasi dan seteguk air. Betapa jauhnya perjalanan untuk mencapai tujuan dengan selamat. Namun aku kabarkan kembali dengan ini, karena sungguh Dia telah memberikan kita jalan yang lurus dan terang benderang dengan tanpa menggunakan lampu-lampu kota yang penuh dengan kemaksiatan. Tangan kananku yang tak lain adalah mata hatiku akan menuntun kejalan yang telah tersedia dan bukan jalan-jalan semu hasil rekayasa iblis-iblis dunia. Dan semoga pula untuk telinga-telinga kita semua tidak tuli dengan kesombongan yang tercipta. Kukabarkan kepadamu pula lewat Agama, yang akan menjadikan hidupmu lebih indah dan teratur, sehingga kau tidak akan tersesat oleh keindahan dan bayangan semu. Demi Waktu itu, maka aku akan kembali dan menanyakan kembali tentang 3 pertanyaan terakhir yang akan aku ajukan untuk mendapatkan jawaban yang Haqq, tentang Imanku, tentang Islamku dan tentang Pengakuanku, yang apakah nantinya aku akan termasuk kedalam golongan orang-orang yang mendapat petunjuk dan selamat sampai ketempat tujuan.

Allahu Akbar Walillaahilhamdu.

Bersambung……**